Sabtu, 18 Desember 2021

INTEGRASI SOSIAL

 

Pengertian Integrasi Sosial: Syarat, Bentuk, dan Faktor Pengaruhnya

integrasi sosial
Written by Lely Azizah

Pengertian Integrasi Sosial – Integrasi sosial merupakan sebuah penyesuaian antara unsur-unsur yang berbeda, terutama pada kehidupan sosial. Sehingga nantinya akan menghasilkan pola kehidupan yang nyaman untuk masyarakat.

A. Pengertian Integrasi Sosial

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, jika menilik pengertian integrasi sosial menurut KBBI, maka kita akan menemukan bahwa integrasi merupakan pembauran sesuatu yang terpisah sampai menjadi satu kesatuan yang utuh.

Arti dari pembauran itu sendiri adalah menyesuaikan, masuk ke dalam, melebur, dan menyatu. Sehingga semua hal tersebut bisa menjadi satu kesatuan. Dengan begitu, integrasi tersebut merujuk pada artian menyesuaikan, melebur, atau bersatunya dua hal atau lebih yang berbeda.

Dari penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa integrasi sosial merupakan suatu proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda yang ada di dalam masyarakat. Sehingga hal tersebut bisa melebur menjadi satu dan utuh. Unsur-unsur tersebut dapat berupa ras, etnik, kedudukan sosial, agama, bahasa, norma, adat istiadat atau kebiasaan, dan juga sistem nilai.

Di dalam integrasi masyarakat, terdapat kerjasama dari semua lapisan masyarakat. Mulai dari keluarga, individu, lembaga, dan juga masyarakat itu sendiri. Sehingga hal tersebut bisa menghasilkan kesepakatan tentang nilai, yang kemudian dijunjung tinggi bersama-sama.

Akan tetapi, integritas sosial tidak hanya bisa diukur dari kriteria diatas, yaitu dengan bersatunya meleburnya semua anggota masyarakat dalam artian fisik. Namun hal tersebut juga memuat tentang pengembangan sikap solidaritas dan juga perasaan yang manusiawi. Hal tersebut adalah dasar dari sebuah keselarasan suatu masyarakat.

Menurut Michael Banton, seorang ilmuwan sosial asal Inggris, menjelaskan integritas sebagai pola suatu hubungan yang menganggap adanya perbedaan ras yang ada di dalam masyarakat. Namun, mereka tidak memberikan sebuah peran penting pada perbedaan tersebut.

Hak dan kewajiban yang berkaitan dengan ras seseorang hanyalah sebatas pada bidang tersebut saja, Sehingga tidak ada sangkut pautnya dengan bidang, baik itu pekerjaan, status, dan lainnya.

B. Pengertian Integrasi Sosial Menurut Para Ahli

Setelah menjelaskan mengenai pengertian integrasi sosial secara umum. Kali ini penulis akan memberikan informasi terkait pengertian integrasi menurut para ahli.

1. Gillin

Integrasi sosial merupakan sebuah fenomena sosial yang terjadi karena adanya sebuah proses sosial. Terlebih yang berkaitan dengan perbedaan unsur, seperti emosional, budaya, perilaku, dan juga keinginan.

Dimana akhirnya hal tersebut akan menimbulkan aspek masalah sosial. Sehingga dengan menyadari hal tersebut, seharusnya masyarakat akan lebih mudah melakukan proses perdamaian yang kita sebut sebagai integrasi.

2. Soerjono Soekanto

Integrasi sosial merupakan salah satu bentuk suatu proses sosial yang dilakukan oleh berbagai pihak. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi permasalah yang ada di dalam masyarakat. Permasalahan tersebut dapat dilatarbelakangi oleh adanya konflik sosial, kekerasan, dan ancaman yang berasal dari pihak lain.

3. Hendropuspito

Integrasi sosial merupakan satu kesatuan masyarakat yang pada akhirnya akan membuat setiap individu memiliki satu visi dan juga misi.

4. Paul B. Horton

Integrasi sosial merupakan serangkaian proses dan juga interaksi sosial terhadap semua kelompok ras dan etnis yang bisa bersatu. Sehingga hal tersebut dapat menunjang kehidupan ekonomi serta budaya.

C. Syarat-syarat Integrasi Sosial

Dibawah ini adalah beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk membentuk suatu integrasi sosial di dalam masyarakat.

1. Memiliki Rasa Saling Membutuhkan Antar Sesama Masyarakat

Memang, setiap orang akan mempunyai kebutuhannya masing-masing. Dimana kebutuhan tersebut akan berbeda setiap individunya. Maka dari itu, sebagai masyarakat yang utuh, kita tentu harus saling membutuhkan dan juga saling melengkapi. Hal bertujuan agar kebutuhan kita bisa terpenuhi dengan baik.

Keterikatan dan keterbutuhan itulah yang nantinya akan menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya hubungan sosial yang utuh. Hingga pada akhirnya kita akan dikenal sebagai makhluk sosial.
Seperti yang kita ketahui bahwa semua hal yang dibutuhkan oleh seseorang akan memerlukan bantuan orang lain.

Misalnya, dalam hal memperoleh pendidikan, tentu kita akan membutuhkan guru, menteri pendidikan dan lainnya. Kemudian dalam hal transaksi jual beli, tentu kita akan membutuhkan penjual dan juga pembeli.

Hubungan tersebutlah yang nantinya menjadi syarat terbentuknya integrasi sosial yang harus kita pahami.

2. Nilai dan Norma Harus Dijalankan Secara Konsisten

Nilai dan norma yang berlaku di dalam sebuah masyarakat merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya integrasi sosial. Norma tersebut yang berlaku di dalam masyarakat sebenarnya sama seperti hukum yang tidak tertulis.

Jadi, secara sadar atau tidak, norma tersebut sangat diyakini sebagai salah satu landasan dalam mengatur kehidupan masyarakat. Contohnya, norma ketika bertamu ke rumah orang lain, atau norma saat berbicara dengan orang yang lebih tua.

Nilai dan norma yang telah disepakati dan berlaku di masyarakat sudah menjadi sesuatu yang kekal dan abadi. Tentu norma tersebut sudah dilakukan secara turun temurun dan konsisten. Meskipun pada dasarnya norma tersebut tidak diajarkan di sekolah formal. Tetapi salah satu faktor terjadinya konflik di dalam masyarakat adalah sebuah pelanggaran atas nilai dan norma yang berlaku.

3. Nilai dan Norma Diraih Melalui Kesepakatan Bersama

Masyarakat merupakan sebuah kumpulan manusia yang berada di satu daerah. Hanya saja, masyarakat tersebut tidak hanya terdiri dari satu ras, agama, latar belakang yang sama. Namun mereka memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Untuk membuat integrasi sosial, syarat yang harus dipenuhi adalah kesepakatan atas norma yang akan berlaku. Hal tersebut harus disepakati bersama dan ditaati oleh semua anggota masyarakat.

Setiap manusia memang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda-beda. Oleh karena itu, terdapat banyak bentuk keberagaman norma dan nilai yang ada. Sehingga kesepakatan norma dan nilai yang harus diterapkan sangatlah dibutuhkan. Kesepakatan tersebut adalah contoh dari integrasi sosial yang berkaitan dengan kebudayaan yang ada di dalam masyarakat.

Terdapat beberapa ketentuan terkait nilai serta norma seperti apa yang seharusnya berlaku didalam masyarakat. Sehingga tidak semua nilai dan juga norma bisa diberlakukan secara bebas dan terbuka. Salah satu ketentuan nilai dan norma itu adalah norma yang telah berlaku sejak lama dan nilai norma yang sudah berlaku berdasarkan kesepakatan bersama.

4. Adanya Toleransi

Toleransi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam hubungan di dalam kelompok sosial dengan masyarakat umum. Sebab, seperti yang sudah dijelaskan di atas, masyarakat khususnya di Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari banyak latar belakang. Mulai dari budayasuku, ras, agama, dan masih banyak lagi.

Jika tidak ada toleransi, maka tidak akan mungkin terbentuk integrasi sosial yang ada di dalam masyarakat. Hal tersebut adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk membentuk suatu integrasi sosial, yaitu saling menghormati dan saling menghargai segala perbedaan.

Contoh dari sikap toleransi adalah terlaksananya kegiatan gotong royong di dalam masyarakat dalam membangun tempat untuk beribadah atau mungkin sarana umum. Dengan begitu, masyarakat akan lebih mudah berkomunikasi dan terintegrasi dengan baik. Itulah mengapa toleransi itu penting.

5. Memiliki Kesadaran Diri Sebagai Makhluk Sosial

Salah satu syarat terbentuknya integrasi sosial adalah setiap individu memiliki kesadaran sebagai makhluk sosial. Jadi, semua kegiatan yang dilakukan mempunyai tujuan untuk mencapai kebaikan bersama. Oleh karena itu, jika kamu ingin bergabung ke dalam kelompok sosial, maka kamu harus memiliki kesadaran diri bahwa kamu adalah makhluk sosial.

Dengan menyadari bahwa diri sendiri adalah makhluk sosial, maka kamu akan lebih mudah terintegrasi dengan masyarakat lain. Sebab, sikap tersebut adalah hal mendasar yang wajib dimiliki oleh semua orang.


6. Mempunyai Visi dan Misi yang Sama

Salah satu syarat terjadinya integrasi sosial adalah dengan mempunyai visi dan misi yang sama. Sama halnya seperti syarat-syarat yang ada di lembaga sosial, masyarakat biasa juga perlu mempunyai visi dan misi yang sama. Dimana tujuan, visi, dan misi tersebut diperoleh dari kesepakatan bersama. 

Dengan adanya komunikasi yang tepat, maka visi dan misi yang telah disepakati bisa diwujudkan sebagai bentuk integrasi sosial. Meskipun setiap anggota masyarakat yang terlibat di dalamnya memiliki latar belakang yang berbeda.

Itulah ke enam syarat terjadinya integrasi sosial yang ada di dalam masyarakat. Dimana pada dasarnya hal tersebut hanya dapat terjadi apabila ada kontak sosial serta komunikasi yang baik antar sesama bagian masyarakat. Sebab, hal tersebutlah yang menjadi ciri-ciri hubungan sosial yang wajib dipenuhi. Supaya syarat integrasi sosial dapat tercapai.



D. Bentuk-bentuk Integrasi Sosial

Setelah membahas mengenai syarat terjadinya integrasi sosial. Kali ini kita akan membahas mengenai bentuk-bentuk integrasi sosial yang perlu kamu ketahui.

1. Integrasi Normatif

Bentuk integrasi yang satu ini dapat diartikan sebagai integrasi yang terjadi karena adanya norma dan nilai yang berlaku di masyarakat tersebut. Norma adalah suatu hal yang bisa mempersatukan masyarakat, meski mereka memiliki latar belakang yang berbeda. Misalnya, warga negara Indonesia dipersatukan dengan sebuah prinsip yang kita sebut sebagai “Bhineka Tunggal Ika”.

2. Integrasi Fungsional

Bentuk integrasi yang kedua adalah integrasi fungsional. Integrasi ini muncul karena adanya fungsi-fungsi tertentu yang ada di dalam masyarakat. Kemudian, integrasi tersebut dapat terjadi jika kita mengedepankan fungsi tersebut yang berasal dari masing-masing anggota masyarakat. Misalnya, Indonesia terdiri dari bermacam-macam ras dan suku.

3. Integrasi Koersif

Integrasi Koersif merupakan bentuk integrasi yang tercipta karena adanya kekuasaan yang dimiliki penguasa. Itu artinya, penguasa akan menerapkan cara-cara kekerasan atau disebut juga koersif. Misalnya, para pendemo berhenti rusuh ketika polisi menyemprotkan gas air mata kepada kerumunan pendemo. Itulah salah satu contoh bentuk integrasi koersif.

E. Faktor Pendorong Integrasi Sosial

Ada beberapa hal yang menjadi faktor pendorong terjadinya integrasi sosial. Berikut adalah beberapa faktor yang perlu kamu pahami:

1. Homogenitas Kelompok

Salah satu faktor yang bisa mendorong terjadinya integrasi sosial adalah tingkat kemajemukan. Semakin majemuk dan heterogen suatu masyarakat, maka proses integrasi akan semakin sulit tercapai. Mungkin juga akan memakan waktu yang lebih lama. Sedangkan masyarakat yang homogen akan lebih mudah mencapai integrasi sosial, karena mereka lebih mudah menciptakan integritas dalam waktu yang cukup singkat.

2. Jumlah Anggota

Selain kemajemukan masyarakat, jumlah anggota juga bisa menjadi faktor kecepatan proses terbentuknya integrasi sosial. Semakin banyak anggota, maka semakin sulit untuk mewujudkan dan mencapai integrasi tersebut.

3. Mobilitas Geografis

Mobilitas geografis adalah suatu perubahan atau perpindahan penduduk di sebuah wilayah. Anggota masyarakat baru di sebuah wilayah akan mencoba menyesuaikan diri dengan norma dan nilai yang sudah berlaku di wilayah tersebut.

4. Efektivitas Komunikasi

Integrasi sosial bisa dipengaruhi oleh efektivitas komunikasi antara anggota satu dengan anggota yang lainnya yang ada di dalam masyarakat. Jika antar anggota sudah memiliki sistem komunikasi yang efektif, maka integrasi sosial akan mudah dicapai. Namun jika suatu masyarakat tidak memiliki sistem komunikasi yang efektif, maka mereka akan lebih sulit mencapai integrasi sosial.

5. Sikap Toleransi dan Saling Membutuhkan

Faktor yang terakhir adalah adanya toleransi hingga rasa saling membutuhkan. Dengan begitu, antar anggota masyarakat akan lebih mudah menerima perbedaan yang ada di masyarakat itu sendiri. Selain itu, kesadaran bahwa kita itu saling membutuhkan juga dapat mempercepat terbentuknya integrasi sosial.

F. Proses Integrasi Sosial


Proses integrasi sosial dapat kamu lihat dari beberapa proses di bawah ini.

1. Akulturasi

Akulturasi merupakan sebuah proses sosial yang terjadi jika masyarakat yang memiliki kebudayaan tertentu dihadapkan dengan kebudayaan yang berbeda atau asing. Proses integrasi tersebut akan terus berlangsung sampai unsur budaya asing diterima oleh masyarakat dan diolah kembali ke dalam budaya sendiri.

Akan tetapi, biasanya akulturasi akan berlangsung tanpa menghilangkan karakteristik kebudayaan sendiri. Dengan begitu, bisa kita simpulkan bahwa akulturasi adalah sebuah proses perubahan yang ditandai dengan adanya penyatuan dua kebudayaan yang berbeda.

Penyatuan dua kebudayaan tersebut akan menyebabkan kedua kebudayaan tersebut hampir serupa. Akan tetapi, masing-masing dari kebudayaan tersebut tetap mempertahankan karakteristik atau ciri khasnya. Sebenarnya, proses akulturasi sudah ada sejak zaman dahulu. Hal tersebut dikarenakan manusia selalu melakukan migrasi dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Dengan adanya migrasi tersebut akan terjadi pertemuan antar kelompok masyarakat yang berbeda. Oleh karena itu, setiap anggota masyarakat akan dihadapkan dengan unsur kebudayaan asing. Kemudian, seiring berjalannya waktu, mereka tentu akan melakukan akulturasi.

2. Asimilasi

Asimilasi adalah proses sosial kemunculannya ditandai dengan adanya usaha untuk mengurangi sebuah perbedaan yang ada di dalam masyarakat. Di dalam prosesnya, setiap anggota masyarakat akan berusaha untuk meningkatkan kesatuan sikap, tindakan dan juga proses mental namun tetap memperhatikan kepentingan bersama.

Dengan begitu, mereka tidak akan lagi membedakan satu sama lain dan batas-batas yang ada di antara mereka akan hilang. Kemudian melebur menjadi satu kesatuan.

3. Akomodasi

Akomodasi adalah proses usaha masyarakat dalam meredakan pertentangan dan mewujudkan kestabilan. Akomodasi yang ada di dalam masyarakat diharapkan bisa menyelesaikan konflik tanpa merusak dan menghancurkan pihak lawan.

Dengan adanya akomodasi, maka konflik akan lebih mudah diselesaikan dan bersifat lebih mendamaikan. Oleh karena itu, akomodasi dapat membuat anggota suatu masyarakat lebih mudah beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya.

Baca juga artikel terkait “Pengertian Integrasi Sosial” :

Itulah beberapa penjelasan tentang pengertian integrasi sosial. Perlu kita pahami bahwa kesatuan dan penerimaan di dalam masyarakat sangat perlu kita lakukan dengan konsisten. Supaya kita bisa hidup dengan nyaman dan tentram serta terhindari konflik sosial.


Rabu, 17 November 2021

PENYIMPANGAN SOSIAL

Pengertian Penyimpangan Sosial

Penyimpangan Sosial atau perilaku menyimpang merupakan suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan seseorang maupun suatu kelompok yang tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku di suatu lingkungan masyarakat maupun kelompok yang telah menyepakati aturan atau norma sosial tersebut.

Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan penyimpangan sosial sebagai suatu tingkah laku, perbuatan, maupun tanggapan individu kepada kelompok atau lingkungan masyarakat yang bertentangan dengan norma dan juga hukum yang berlaku di lingkungan tersebut.

Menurut Profesor Robert M.Z.Lawang yang merupakan profesor ahli sosiologis, perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial dapat didefinisikan sebagai segala tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang ada dan berlaku pada suatu sistem sosial, hal tersebut dapat menimbulkan usaha para pihak yang memiliki wewenang untuk mengatasi dan memperbaiki hal tersebut.

Bruce J. Cohen juga menyatakan perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial merupakan setiap perilaku seseorang atau individu sebagai bentuk atau hasil ketidak berhasilan dalam menyesuaikan diri dengan norma atau peraturan yang berlaku dalam masyarakat maupun kelompok di lingkungan tersebut.

Menurut Marshall B. Clinard dan Robert F. Meier yang menjelaskan bahwa perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial memiliki empat sudut pandang bagaimana cara kita memahami hal tersebut. Hal ini dibahas dalam buku mereka yaitu, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan yang dirilis pada tahun 2004. Berikut empat sudut pandang yang mereka maksud.

  1. Yang pertama, sudut pandang secara statistikal yang mendefinisikan arti perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial sebagai segala perilaku yang bertolak belakang dari perilaku atau tindakan yang umum dilakukan.
  2. Yang kedua, sudut pandang secara absolut yang mendefinisikan arti perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial sebagai segala perilaku yang dianggap sebagai suatu tindakan menyimpang norma maupun aturan yang ada dari suatu kelompok atau lingkungan masyarakat.
  3. Yang ketiga, sudut pandang menurut para kaum reaktivis yang mendefinisikan arti perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial sebagai suatu gejala sosial yang terjadi karena adanya tindakan seseorang ataupun individu yang mengakibatkan reaksi dari lingkungan masyarakat tempat dia berada.
  4. Dan yang terakhir, sudut pandang secara normatif yang mendefinisikan arti perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial sebagai sesuatu tindakan menyimpang yang dilakukan oleh seseorang akibat melanggar norma atau aturan yang ada pada lingkungan masyarakat



B. Bentuk dan Contoh Penyimpangan Sosial

Perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial dapat dibagi menjadi dua berdasarkan sifat dan juga perilaku. Penjelasan mengenai bentuk penyimpangan sosial sebagai berikut.

1. Penyimpangan berdasarkan sifat

Terbagi menjadi dua macam, yaitu penyimpangan positif dan penyimpangan negatif.

a. Penyimpangan positif

Merupakan sebuah perilaku menyimpang yang memiliki atau memberikan dampak positif terhadap kehidupan sosial karena memiliki unsur-unsur yang berinovatif, ide-ide yang dibuat juga kreatif serta memperkaya wawasan masyarakat.

Penyimpangan ini juga terarah pada nilai yang ingin dicapai bersama atau kepentingan sosial dan seringkali dianggap sesuatu yang ideal dalam masyarakat. Penyimpangan positif ini biasanya akan diterima karena merupakan bentuk penyesuaian akan perkembangan zaman.

Salah satu contoh dari penyimpangan positif adalah emansipasi wanita, dimana dengan berkembangnya zaman seorang wanita dapat memiliki karier sendiri dan tidak perlu mengandalkan orang lain.

Wanita juga zaman dulu digambarkan sebagai seseorang yang bekerja di dapur atau mendampingi suami, namun dengan berkembangnya zaman stigma seperti itu sudah tidak ada lagi.

Selain itu, kemunculan berbagai aplikasi pencarian jodoh dimana yang sebelumnya merupakan sesuatu hal yang kurang baik, sekarang menjadi sesuatu yang normal dilakukan oleh setiap orang.

b. Penyimpangan Negatif

Merupakan sebuah perilaku menyimpang yang memiliki atau memberikan dampak negatif terhadap sistem sosial karena memiliki unsur-unsur yang sifatnya merendahkan dan selalu menyebabkan hal-hal buruk terjadi seperti pencurian, perampokan, hingga pemerkosaan.

Seseorang yang mengalami kejadian buruk tersebut dapat terkena luka bukan hanya secara fisik, namun juga mental. Seperti halnya yang dibahas dalam Buku Pelecehan Seksual dan Pedofilia yang memaparkan mengenai trauma yang ada dibawah alam bawah sadar tiap korban.



Penyimpangan negatif juga bisa dibagi menjadi dua berdasarkan sifatnya yaitu, penyimpangan primer atau primary deviation dan penyimpangan sekunder atau secondary deviation. Berikut penjelasannya.

  • Penyimpangan primer, merupakan penyimpangan negatif yang dilakukan oleh seseorang yang sifatnya hanya sementara dan tidak secara terus menerus. Penyimpangan ini juga memiliki sifat yang tidak terlalu signifikan dan tidak terlalu merugikan orang lain. Seperti pada contohnya adalah seorang siswa yang telat datang ke sekolah karena ban sepeda yang tidak disengaja bocor sehingga menghambat perjalanan. Contoh lainnya adalah seorang yang mengendarai motor melanggar aturan lalu lintas tanpa di sengaja.
  • Penyimpangan sekunder, merupakan penyimpangan negatif yang dilakukan oleh seseorang yang sifatnya nyata dan sering dilakukan yang memiliki kemungkinan untuk merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Penyimpangan ini merupakan suatu hal yang tidak dapat ditoleransi karena sudah melanggar norma atau peraturan yang ada, seperti hukum yang berlaku di Indonesia yaitu UUD 1945. Seperti pada contohnya adalah seseorang yang sering minum-minuman beralkohol dan pulang dengan kendaraan pribadi yang dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas dan dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain yang terkena dampaknya.


2. Penyimpangan berdasarkan perilaku

Dibagi menjadi tiga macam, yaitu penyimpangan individual, penyimpangan kelompok, dan penyimpangan campuran.

a. Penyimpangan Individual atau individual deviation

Merupakan sebuah perilaku menyimpang yang biasanya hanya dilakukan oleh satu orang atau individu yang tidak dapat mematuhi nilai maupun norma yang berlaku pada suatu lingkungan.  Contoh dari penyimpangan individual adalah ketika seorang siswa di sekolah menyontek ketika mengerjakan ujian, baik kepada teman maupun membuat contekan pribadi.

b. Penyimpangan Kelompok atau group deviation

Merupakan sebuah perilaku menyimpang yang biasanya dilakukan oleh sekelompok orang yang tidak dapat mematuhi nilai maupun norma yang berlaku pada suatu lingkungan dan biasanya didasari perasaan dan juga dorongan secara kolektif.  Contoh dari penyimpangan kelompok adalah para siswa SMA atau Sekolah Menengah Akhir secara bergerombolan mengadakan balapan motor liar yang mengganggu lalu lintas jalan raya.

c. Penyimpangan Campuran atau combined deviation

Merupakan sebuah perilaku menyimpang yang biasanya dilakukan oleh seseorang atau individu yang merupakan bagian dari suatu kelompok yang tidak dapat mematuhi nilai maupun norma yang berlaku pada suatu lingkungan.  Contoh dari penyimpangan campuran adalah ketika seseorang yang memutuskan untuk bergabung ke organisasi atau kelompok ekstrimis agama, sehingga pandangan individu sudah tertutup dengan nilai-nilai yang ditanam oleh organisasi tersebut, sehingga dapat merugikan orang lain ataupun kelompok agama yang berbeda dengannya.

C. Penyebab Penyimpangan Sosial

Dalam terjadinya penyimpangan sosial terdapat faktor-faktor yang mendorong hal tersebut, yaitu:

1. Perubahan nilai dan norma sosial

Semakin berkembangnya zaman seringkali terdapat beberapa kelompok masyarakat tidak dapat mengikuti perkembangan tersebut, sehingga nilai atau norma yang mereka miliki menjadi berbeda dari yang lain dan sering dikelompokkan sebagai perilaku menyimpang.

Contohnya adalah, dengan semakin banyaknya orang-orang yang menyuarakan pendapat mereka mengenai emansipasi wanita, tetap ada beberapa kelompok yang tidak setuju dengan opini-opini tersebut.

Sehingga yang tadinya kelompok tersebut merupakan mayoritas, dengan perubahan zaman yang ada mereka menjadi minoritas dan dianggap sebagai penyimpangan sosial.

2. Proses sosialisasi yang tidak sempurna

Merupakan penyimpangan yang terjadi kepada seorang individu karena kurangnya edukasi ataupun sosialisasi mengenai norma yang baik dan benar.

Seperti pada contohnya adalah, ketika seorang anak yang kurang diberikan pengetahuan oleh orang tuanya, hal mana yang baik dan hal mana yang seharusnya dihindari.

Keluarga sebagai agen sosialisasi utama yang dapat sangat menentukkan penilaian dari anak tersebut, jadi ketika anak tersebut tidak memiliki nilai atau norma yang dia pahami dengan baik, nilai-nilai menyimpang dapat dengan mudah ditanamkan ke diri anak tersebut karena kurang informasi mengenai hal itu.




3. Teori Labelling

Merupakan teori yang menggambarkan penyimpangan yang dapat terjadi ketika seseorang ataupun individu terlebih dahulu sudah dibentuk stigma atau cap negatif dari orang-orang ataupun kelompok disekitarnya.


Seperti pada contohnya, dalam suatu lingkungan masyarakat, terdapat stigma dimana orang yang memiliki tato merupakan orang jahat atau orang yang kurang baik, padahal hal tersebut belum tentu benar.

Namun, karena sudah ada stigma tersebut, membuat segala hal yang dilakukan individu tersebut menjadi negatif dan mendorongnya untuk tidak peduli akan nilai dan norma yang ada karena apapun perbuatannya akan selalu dianggap sebagai suatu hal yang negatif.

Di Indonesia sendiri dengan adanya keberagaman suku bangsa, ras, agama, kelompok serta golongan membuat timbulnya berbagai stigma tertentu yang dapat menimbulkan konflik seperti halnya yang dibahas dalam buku Sistem Sosial Indonesia karya Nasikun.


4. Teori Anomie

Merupakan teori yang menggambarkan penyimpangan yang dapat terjadi ketika seseorang maupun kelompok tidak memiliki nilai dan norma yang dapat dipegang dan dijadikan suatu pedoman dalam hidup di sebuah lingkungan masyarakat sehingga memiliki kemungkinan untuk melakukan perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial.

Seperti pada contohnya, ketika seseorang yang baru pindah ke suatu daerah yang tidak memiliki batasan-batasan, ketika di tempatnya dahulu orang tersebut harus pulang sebelum jam sepuluh malam, sekarang setelah berpindah tempat tidak ada peraturan yang mengatur mengenai jam pulang, sehingga dia tidak mengetahui batasan yang membuatnya melakukan penyimpangan sosial.

5. Teori Differential Association

Merupakan teori yang menggambarkan penyimpangan yang dapat terjadi ketika seseorang atau individu dapat dipengaruhi untuk melakukan perilaku menyimpang jika terus menerus berinteraksi dengan individu lain yang memiliki sifat menyimpang.

Seperti pada contohnya, ketika seorang yang selalu masuk sekolah tepat waktu bergaul dengan siswa lain yang sering tidak masuk sekolah dengan berbagai alasan. Hal tersebut dapat merubah perspektif siswa yang tadinya rajin dan menganggap bolos merupakan suatu hal yang buruk, menjadi memiliki pemikiran kalau bolos atau tidak masuk sekolah merupakan hal yang tidak terlalu buruk sesuai dengan pemikirannya.

Terdapat tiga faktor yang menyebabkan perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial menurut Casare Lombroso yang merupakan kriminolog Italia serta pendiri dari Mazhab Kriminologi Positivis Italia, yaitu faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor sosiologis. Penjelasan untuk ketiga faktor penyebab perilaku menyimpang sebagai berikut:

  • Faktor Biologis, yang dijelaskannya mengenai “si penjahat sejak lahir”. Casare Lombroso menyatakan bahwa terdapat ciri-ciri tertentu yang dapat mengidentifikasi seseorang akan menjadi seorang penjahat atau tidak berdasarkan ciri fisik mereka. Ciri fisik yang dimaksud berupa bentuk muda seseorang, bagaimana kedua buah alis menyambung menjadi satu dan masih banyak lagi.
  • Faktor Psikologis, yang dijelaskannya bahwa seseorang yang melakukan penyimpangan sosial biasanya berkaitan erat dengan kepribadiannya. Dimana hal tersebut bisa dipengaruhi berbagai hal seperti kepribadiannya yang retak atau memang memiliki kepribadian yang berkemungkinan besar melakukan perilaku menyimpang, dan juga faktor lainnya seperti trauma yang dialami seseorang dapat membuat orang tersebut melakukan perilaku menyimpang.
  • Faktor Sosiologis, yang dijelaskannya bahwa seseorang yang melakukan penyimpangan sosial berkaitan erat dengan bagaimana orang tersebut bersosialisasi dengan orang yang kurang tepat.

Dimana seorang individu yang sudah melakukan penyimpangan sosial akan sulit untuk berubah karena tidak memiliki norma-norma yang berlaku di tengah masyarakat dan harus mempelajari kembali bagaimana untuk tidak melakukan penyimpangan sosial.

D. Dampak dari perilaku penyimpangan sosial

Setiap pelanggaran yang dilakukan akan menimbulkan konsekuensi, baik hal tersebut mengubah sesuatu menjadi lebih baik maupun buruk. Begitu pula dengan penyimpangan sosial, dengan adanya perilaku tersebut akan menimbulkan dampak-dampak di tengah lingkungan masyarakat tersebut.

Dengan adanya perilaku menyimpang dari ebrbagai norma yang ada di sistem sosial, akan terjadi pula perubahan di lingkungan sekitarnya. Seperti halnya yang dibahas dalam buku Perilaku Menyimpang: Tinjauan Sosiologis dibawah ini.




Berikut beberapa dampak yang diberikan dengan adanya perilaku penyimpangan sosial:

  • Terciptanya suatu norma atau peraturan sehingga perilaku menyimpang yang terjadi tidak terulang dan di ikuti kembali pada para anggota lingkungan masyarakat yang lain.
  • Pelaku perilaku penyimpangan sosial dikucilkan dari lingkungan masyarakat yang ada, karena mayoritas dari anggota lingkungan masyarakat memandang perilaku menyimpang tersebut sebagai suatu wabah penyakit sehingga mereka memilih untuk tidak mendekatinya.
  • Menciptakan batasan antar kelompok lingkungan yang satu dengan yang lain karena adanya parameter sosial. Hal ini dapat kita lihat contohnya dari beragam suku yang ada di Indonesia, dimana orang suku Jawa memiliki ciri khas berkata lembut sedangkan orang suku Batak memiliki ciri khas berkata tegas. Sehingga perbedaan tersebut kadang membuat kelompok satu dengan kelompok yang lain segan akan satu sama lain.
  • Munculnya kelompok baru yang beranggotakan para penyimpang sosial karena dikucilkan, sehingga menimbulkan rasa solidaritas dan kepedulian akan satu sama lain yang dapat membuat masalah di lingkungan masyarakat sekitar.
  • Dengan adanya penyimpangan sosial memiliki potensi menyebabkan gangguan di lingkungan masyarakat tersebut jika terjadi terus menerus. Tapi ada juga yang malah menjadi menyesuaikan dengan situasi yang terjadi.



Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa penyimpangan sosial terbagi menjadi berbagai bentuk yang beragam, dari yang dapat memberikan dampak positif hingga dampak negatif ke masyarakat sekitar. Dengan mempelajari tentang penyimpangan sosial kita jadi mengerti bahwa hal tersebut bukan hanya merugikan diri sendiri tapi juga merugikan orang lain.

Namun, walaupun seseorang telah melakukan penyimpangan sosial atau sikap menyimpang bukan berarti individu tersebut tidak dapat berubah, jika orang tersebut memiliki keinginan dan mengakui kesalahan yang telah dilakukannya maka kita sebagai orang-orang yang ada di sekitarnya harus dapat membantunya menjadi pribadi yang lebih baik.

Nah, seperti itulah penjelasan mengenai penyimpangan sosial yang ada, beserta pengertian, bentuk, penyebab, dan contohnya yang diharapkan dapat membantu Grameds mendapatkan informasi.